MagzNetwork

Hari Ini Peluncuran BSE, Guru dan Kasek Harus Kreatif
SURABAYA - Program buku sekolah elektronik (BSE) rencananya diluncurkan secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) hari ini (20/8). Peluncuran itu sekaligus menjadi sosialisasi bahwa BSE merupakan buku induk atau inti sekolah untuk masing-masing jenjang.
Sejauh ini, gaung program BSE sebagai buku murah memang belum begitu menggema. Alih-alih pelajar di pelosok yang belum terjangkau teknologi informasi, ternyata, tak sedikit pelajar metropolis yang juga belum mendengar program tersebut.

Pengakuan Agus Subiatmojo misalnya. Siswa SMAN 22 itu mengaku belum pernah mendapatkan keterangan tentang BSE dari guru atau sekolah. Sebagai panduan kegiatan belajar, dia memilih mencari buku-buku lain yang memiliki pokok bahasan sama dengan materi di sekolah. ''Termasuk buku bekas,'' ujarnya kemarin.

Kondisi tersebut tentu ironis. Seharusnya, guru atau sekolah ikut aktif menyosialisasikan program BSE. Mulai tujuan, cara mendapatkan, hingga harga. Sebab, tujuan program buku murah tersebut tidak lain membantu siswa di tengah melambungnya harga buku. Namun, bisa jadi, guru atau sekolah sengaja mendiamkan lantaran sudah ''main mata'' dengan penerbit non-BSE.

Apakah sekolah memang belum mengetahui program BSE? Kabid Pengkajian dan Pengembangan Dispendik Surabaya Tetty Rachmi Wulan mengatakan tidak masuk akal jika ada sekolah yang mengaku tidak tahu BSE. Menurut dia, BSE sudah disosialisasikan sejak lama. ''Kalau mereka tidak tahu, ya harus cari tahu dong. Mereka jangan duduk dan diam saja," katanya.

Pada awalnya, sekolah memang mengeluh sulit mengunduh dari situs bse.depdiknas.go.id. Tapi, masalah tersebut langsung ditangani dengan pembuatan beberapa situs lain yang juga bisa digunakan untuk mengunduh. "Dulu mungkin situs Depdiknas sibuk karena dibuka orang banyak. Sekarang kan sudah ada alternatifnya," ungkap Tetty.

Soal lamanya waktu untuk mengunduh satu buku, Tetty menganggap bukan alasan. Buktinya, ada beberapa kepala sekolah (Kasek) yang kreatif. Mereka mengunduh per bab sesuai materi yang digunakan saat itu. "Ini kan enak. Cepat. Kalau mau difotokopi juga murah. Maka, kasek itu harus kreatif. Kalau tidak, ya ketinggalan," tegasnya.

Di lain pihak, lanjut Tetty, tidak sedikit Kasek yang tidak mau repot. Mereka lantas memberitahukan anak didiknya untuk menggunakan BSE versi cetak. Toh, sudah ada penerbit yang menggandakan. Hal itu tidak masalah, asal harga buku tidak melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan.

"Sekolah tak harus memanfaatkan satu penerbit yang sudah menyediakan BSE. Kalau memang ada penerbit lain yang punya BSE dan lebih murah, silakan dimanfaatkan," jelasnya.

Sebetulnya, program BSE atau buku murah itu bakal diluncurkan pada 2 Agustus 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono. Namun, ternyata, acara tersebut diundur dengan alasan tidak jelas. Kabarnya, pembatalan itu disebabkan kesibukan jadwal presiden
Sumber :
Jawapos 20 Agustus 2008